Santa Agnes
biografi santa agnes | |
---|---|
Lahir | 291 |
Wafat | 304 |
Dihormati di | Gereja Katolik Roma, Gereja Ortodoks Timur, Gereja Anglikan, Gereja Ortodoks Oriental, Gereja Lutheran |
Tempat ziarah utama | Roma |
Hari peringatan | 21 Januari |
Atribut | anak domba |
Pelindung | pasangan gadis; korban perkosaan; para perawan; Keuskupan Rockville Centre, New York yang telah dipertunangkan; keperawanan; Putra-putri Maria; Colegio Capranica di Roma; hasil panen; pasangan yang telah bertunangan; tukang kebun; gadis pramuka; anak-anak |
Dia juga dikenal sebagai Santa Agnes dari Roma dan Santa Ines. Tanggal peringatannya adalah 21 Januari. Sebelumnya dia juga diperingati tiap tanggal 28 Januari. Tanggal peringatan Santa Agnes yang kedua ini dihapuskan dalam reformasi Kalender Gereja setelah Konsili Vatikan II. Sebagai penghormatan kepada Santa Agnes, ratusan gedung Gereja dinamakan menurut namanya, termasuk dua gedung Gereja besar yang terkenal dan sebuah Katedral Gereja Anglikan di Kyoto, Jepang. Dalam seni, dia dilukiskan bersama seekor anak domba karena namanya memiliki kemiripan bunyi dengan kata Latin agnus, yang artinya "anak domba." Nama "Agnes" sebenarnya berasal dari adjektiva feminin dalam Bahasa Yunani, yaitu hagnē (ἁγνή) yang artinya "bening, murni, suci." Hrosvit dari Gandersheim menulis sebuah drama mengenai Santa Agnes pada abad ke-10.
Biografi
Menurut legenda, Santa Agnes adalah seorang puteri bangsawan Roma yang lahir sekitar tahun 291 dan dibesarkan dalam sebuah keluarga Kristiani. Dia wafat sebagai martir saat berusia tiga belas tahun pada masa pemerintahan Kaisar Diocletianus, pada tanggal 21 Januari 304.Prefek Sempronius berniat menikahkan Agnes dengan puteranya. Karena ditolak niatnya, Sempronius menjatuhkan hukuman mati kepada Agnes. Karena Hukum Romawi tidak memperbolehkan dilaksanakannya eksekusi terhadap gadis perawan, maka Sempronius menyeret Agnes dalam keadaan telanjang bulat sepanjang jalan ke sebuah rumah bordil. Ketika Agnes berdoa, rambutnya tumbuh memanjang hingga menutupi tubuhnya. Konon semua pria yang mencoba memperkosanya tiba-tiba menjadi buta. Dia kemudian digiring keluar dan diikatkan pada sebuah tiang di atas tumpukan kayu bakar agar dibakar hidup-hidup, namun tumpukan kayu bakar itu tidak dapat tersulut api, sehingga kepala pasukan eksekusi menghunus pedangnya lalu memenggal kepala Agnes atau, menurut sejumlah naskah lain, menetakkannya pada tenggorokan Agnes.
Beberapa hari sesudah kematiannya, seorang gadis bernama Emerentiana didapati sedang berdoa di makam Agnes; gadis itu mengaku sebagai puteri dari wanita yang menjadi ibu-susu Agnes, dan kemudian tewas dirajam karena menolak meninggalkan makam itu dan karena mempersalahkan kaum pagan sebagai pembunuh saudari sesusunya. Emerentiana kemudian dikanonisasi pula.
Tulang-tulang Agnes tersimpan dalam gedung Gereja Sant'Agnese fuori le mura di Roma, yang dibangun di atas katakomba yang menjadi tempat makam Agnes. Tengkoraknya tersimpan di sebuah kapel samping di gedung Gereja Sant'Agnese in Agone di Piazza Navona, Roma.
Santa Agnes dalam kultur populer
Pada hari peringatan Agnes, dilangsungkan sebuah kebiasaan yang menarik. Dua ekor anak domba dibawa dari biara Trapis Tre Fontane di Roma kepada paus untuk diberkati. Pada hari Kamis Putih, anak-anak domba itu dicukur bulunya. Bulu-bulu itu dipintal lalu ditenun menjadi pallium yang dianugerahkan paus kepada uskup agung yang baru dilantik sebagai tanda yurisdiksi dan persatuannya dengan sri paus.Santa Agnes adalah santa pelindung anak-anak perempuan. Ada tradisi rakyat di Eropa untuk menyuruh anak-anak perempuan melakukan ritual-ritual tertentu pada Malam Santa Agnes (20–21 Januari) agar dapat menemukan jodoh mereka. Kepercayaan tahyul ini diabadikan dalam puisi John Keats, "Malam Santa Agnes" (The Eve of Saint Agnes).
Dalam seni lukis, Agnes dilukiskan sebagai seorang anak perempuan berambut pirang, mengenakan jubah, menggenggam ranting palma, disertai seekor anak domba di dekat kakinya atau dalam gendongannya.
Santa Agnes, Perawan dan martir
Agnes hidup tahun 291-304. Ia terkenal sangat cantik dan simpatik. Tidaklah mengherankan bila banyak pemuda yang jatuh hati padanya dan bertekad mengawininya. Tetapi apa yang dialami pemuda pemuda itu? Mereka menyesal, kecewa bahkan marah karena lamaran mereka ditolak. Agnes, gadis rupawan itu berkaul tidak mau menikah karena ia telah berjanji untuk tetap perawan dan setia kepada Kristus yang mencintainya. Pemuda pemuda frustasi itu melaporkan Agnes kepada pengadilan Romawi dengan mengungkapkan identitasnya sebagai seorang penganut agama Kristen.
Dihadapan pengadilan Romawi, Agnes diuji, ditakut takuti bahkan dituduh menjalani kehidupan sebagai seorang pelacur. Ia diancam dengan hukuman mati dan dipaksa membawakan kurban kepada dewa dewa kafir Romawi. Tetapi Agnes tidak gentar sedikitpun menghadapi semua ancaman dan siksaan itu. Ia dengan gagah berani menolak segala tuduhan atas dirinya dan mempertahankan kemurnianya. Belenggu yang dikenakan pada tangannya terlepas dengan sendirinya. Bagi dia Kristus adalah segala-galanya. Dia yakin Kristus menyertainya dan tetap menjaga dirinya dari segala siksaan atas dirinya.
Akhirnya tiada jalan lain untuk menaklukkan Agnes selain membunuh dia dengan pedang. Kepalanya dipenggal setelah dia berdoa kepada Yesus, mempelainya. jenazahnya di kebumikan di jalan Nomentana. Kemudian diatas kuburnya didirikan sebuah gereja untuk menghormatinya.
Agnes dilukiskan sedang mendekap seekor anak domba (Agnus), lambang kemurnian, memegang daun palem sebagai lambang keberanian. Pada hari pestanya setiap tahun, dua ekor anak domba disembelih di Gereja santa Agnes di jalan Nomentana. Bulu domba itu dikirim kepada Sri Paus untuk diberkati dan dipakai untuk membuat hiasan atau mantel. Hiasan dan mantel itu kemudian dikembalikan kepada Uskup Agung dari Gereja itu untuk dipakai sebagai simbol kekuasaannya.
Dihadapan pengadilan Romawi, Agnes diuji, ditakut takuti bahkan dituduh menjalani kehidupan sebagai seorang pelacur. Ia diancam dengan hukuman mati dan dipaksa membawakan kurban kepada dewa dewa kafir Romawi. Tetapi Agnes tidak gentar sedikitpun menghadapi semua ancaman dan siksaan itu. Ia dengan gagah berani menolak segala tuduhan atas dirinya dan mempertahankan kemurnianya. Belenggu yang dikenakan pada tangannya terlepas dengan sendirinya. Bagi dia Kristus adalah segala-galanya. Dia yakin Kristus menyertainya dan tetap menjaga dirinya dari segala siksaan atas dirinya.
Akhirnya tiada jalan lain untuk menaklukkan Agnes selain membunuh dia dengan pedang. Kepalanya dipenggal setelah dia berdoa kepada Yesus, mempelainya. jenazahnya di kebumikan di jalan Nomentana. Kemudian diatas kuburnya didirikan sebuah gereja untuk menghormatinya.
Agnes dilukiskan sedang mendekap seekor anak domba (Agnus), lambang kemurnian, memegang daun palem sebagai lambang keberanian. Pada hari pestanya setiap tahun, dua ekor anak domba disembelih di Gereja santa Agnes di jalan Nomentana. Bulu domba itu dikirim kepada Sri Paus untuk diberkati dan dipakai untuk membuat hiasan atau mantel. Hiasan dan mantel itu kemudian dikembalikan kepada Uskup Agung dari Gereja itu untuk dipakai sebagai simbol kekuasaannya.
Cerita Riwayat Santa Agnes
Agnes lahir di Roma pada tahun 291. Ia cantik dan simpatik. Tidaklah mengherankan bila banyak pemuda yang jatuh hati padanya dan bertekad mengawininya. Tetapi apa yang dialami pemuda pemuda itu? Mereka menyesal, kecewa bahkan marah karena lamaran mereka ditolak. Agnes, gadis rupawan itu berkaul tidak mau menikah karena ia telah berjanji untuk tetap perawan dan setia kepada Kristus yang mencintainya. Pemuda pemuda frustasi itu melaporkan Agnes kepada pengadilan Romawi dengan mengungkapkan identitasnya sebagai seorang penganut agama Kristen.
Dihadapan pengadilan Romawi, Agnes diuji, ditakut takuti bahkan dituduh menjalani kehidupan sebagai seorang pelacur. Ia diancam dengan hukuman mati dan dipaksa membawakan kurban kepada dewa dewa kafir Romawi. Tetapi Agnes tidak gentar sedikitpun menghadapi semua ancaman dan siksaan itu. Ia dengan gagah berani menolak segala tuduhan atas dirinya dan mempertahankan kemurnianya. Belenggu yang dikenakan pada tangannya terlepas dengan sendirinya. Bagi dia Kristus adalah segala-galanya. Dia yakin Kristus menyertainya dan tetap menjaga dirinya dari segala siksaan atas dirinya.
Akhirnya tiada jalan lain untuk menaklukkan Agnes selain membunuh dia dengan pedang. Kepalanya dipenggal setelah dia berdoa kepada Yesus, mempelainya. Peristiwa naas itu terjadi pada tahun 304, setahun setelah masa penganiyaan di bawah pemerintahan kaisar Diokletianus, jenazahnya di kebumikan di jalan Nomentana. Kemudian diatas kuburnya didirikan sebuah gereja untuk menghormatinya.
Agnes dilukiskan sedang mendekap seekor anak domba (Agnus), lambang kemurnian, memegang daun palem sebagai lambang keberanian. Pada hari pestanya setiap tahun, dua ekor anak domba disembelih di Gereja santa Agnes di jalan Nomentana. Bulu domba itu dikirim kepada Sri Paus untuk diberkati dan dipakai untuk membuat hiasan atau mantel. Hiasan dan mantel itu kemudian dikembalikan kepada Uskup Agung dari Gereja itu untuk dipakai sebagai simbol kekuasaannya.
Paus Fransiskus rayakan Pesta Santa Agnes dengan memberkati domba
Paus Fransiskus merayakan Pesta Santa Agnes, Perawan dan Martir, pada hari Kamis, 21 Januari 2016, dengan kebiasaan memberkati domba-domba yang masih kecil. Wol dari domba-domba itu akan digunakan untuk membuat pallium atau stola yang dikenakan oleh uskup agung metropolitan sebagai tanda persatuan mereka dengan Gereja Roma.
Dua ekor domba kecil, yang secara tradisional berusia kurang dari setahun usianya, ditempatkan dalam keranjang dan dibawa ke kapel Urban VIII di Istana Apostolik Vatikan, di tempat itu domba-domba itu menerima berkat dari Bapa Suci.
Santa Agnes, yang namanya berarti “domba” dalam bahasa Latin, adalah seorang gadis muda saat mempersembahkan keperawanannya kepada Allah. Meskipun cerita kemartirannya bervariasi, tradisi menyatakan bahwa gadis muda yang cantik itu dikejar-kejar oleh berbagai orang, yang ditolaknya demi janjinya kepada Allah.
Merasa tersinggung, orang-orang ini kemudian menyerahkannya ke penguasa Romawi, dengan menyatakan bahwa dia seorang Kristen. Pada usia 12 atau 13 tahun dia dihukum mati dengan pedang setelah menolak menyerahkan keperawanannya atau mengkhianati imannya.
Orang kudus yang masih muda itu dimakamkan di basilika yang menggunakan namanya, yang terletak di Via Nomentana Roma. Karena ia disebutkan di dalam Kanon Romawi, kaitannya dengan pallium merupakan simbol penting kesatuan dengan penerus Santo Petrus.
Dalam pemberkatan domba-domba kecil itu, seekor domba mengenakan mahkota putih yang melambangkan kemurnian orang kudus itu, dan domba lainnya mengenakan mahkota merah, simbol kemartirannya.
Santa Agnes biasanya digambarkan sedang membawa domba kecil di pelukannya, dan dia adalah santa pelindung anak-anak gadis, pasangan-pasangan yang sedang bertunangan, dan para korban kekerasan seksual.
Ketika domba dicukur di musim panas, para suster akan mengumpulkan wol-wolnya dan menggunakannya untuk menenun pallium, yakni stola putih dengan enam salib hitam yang dikenakan oleh uskup agung guna menunjukkan persatuan mereka dengan Paus dan otoritas apostolik mereka. Pakaian kegerejaan itu sudah digunakan setidaknya di abad kelima.
Pallium-pallium yang sudah ditenun akan disimpan dalam sebuah guci di makam Santo Petrus sampai Hari Raya Santo Petrus dan Santo Paulus. Di saat itu, pallium-pallium itu akan diberikan kepada para uskup agung yang baru diangkat di tahun yang lalu.
PERUMPAMAAN DOMBA
* Matius 25:31-36
25:31 "Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya.
25:32 Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing,
25:33 dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya.
25:34 Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan.
25:35 Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan;
25:36 ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku.
25:37 Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum?
25:38 Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian?
25:39 Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau?
25:40 Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.
25:41 Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya.
25:42 Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum;
25:43 ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak melawat Aku.
25:44 Lalu mereka pun akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau?
25:45 Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku.
25:46 Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal."
Tuhan Yesus -- sebagaimana yang dilaporkan oleh Matius – sering berbicara mengenai hukuman. Di dalam perikop ini merupakan perujukan "Pengadilan pada Hari Kiamat", yaitu pengadilan yang dilakukan oleh Anak Manusia kepada semua orang pada akhir zaman.
Di hadapan Sanhendrin, Dia mengklaim sebagai hakim eskatologis, dan Dia sering membuat referensi kepada satu hari penghukuman dan kepada satu pemisahan akhir manusia. Selain dari perumpamaan penghakiman, Dia hanya berkata sedikit tentang hal itu. Tidaklah mungkin membentuk satu skema eskatologis dari ajaran Tuhan Yesus. Yang dipikirkan-Nya adalah kepastian masa depan dan hubungannya dengan masa kini, tidak dengan skema apokaliptis.
- 25:31 "Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya.
Ungkapan "dalam kemuliaan-Nya" artinya dia datang sebagai Raja, siapakah yang dimaksud dengan "Raja" ini adalah Sang Anak Manusia itu (band. ayat 34). Ayat ini juga menyebut "takhta" menunjukkan bahwa Dia duduk di takhta untuk memerintah dan menghakimi.
- 25:32 Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing,
"Semua bangsa" merujuk kepada semua orang di bumi dari segala zaman. Ia akan memisahkan orang benar, satu demi satu dari orang lain. Jelas bahwa Sang Raja itu memisahkan orang-orang menjadi 2 jenis kumpulan: "sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing": Ungkapan ini mencerminkan kehidupan di Palestina. Selama siang hari, domba dan kambing digembalakan bersama. Namun pada malam hari, kedua kelompok hewan itu harus dipisahkan. Kambing harus tetap mendapatkan kehangatan pada malam hari, sedangkan domba lebih suka tidur di udara terbuka. Kambing Palestina biasanya berbulu hitam atau kombinasi hitam & putih, bulunya lurus dan tidak tebal. Domba adalah binatang seperti kambing, tetapi memiliki bulu putih keriting dan tebal. Domba dalam istilah tertentu disebut sebagai "kambing berbulu tebal."
- 25:33 dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya.
Sang Raja itu memisahkan dua jenis binatang: "domba" dan "kambing." Memperlihatkan dengan jelas bahwa "domba" adalah lambang bagi "orang benar" sedangkan "kambing" sebagai orang jahat. Pemahaman yg singkat untuk ayat ini adalah: Orang yang baik (atau umat-Nya) akan Ia tempatkan di sebelah kanan-Nya, dan orang yang jahat (bukan umat-Nya) akan Ia tempatkan di sebelah kiri-Nya. Dalam bahasa semit ungkapan "sebelah kanan" menggambarkan sesuatu posisi yang terhormat. Perbedaan tempat "kanan" dan "kiri" menggambarkan perbedaan tajam, yg mana orang-orang yang dikenan-Nya dan yang mana orang-orang yang tidak dikenan-Nya.
- 25:34 Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan.
Raja yang disebut dalam ayat ini adalah Sang Anak Manusia, yaitu Tuhan Yesus Kristus seperti telah dijelaskan pada ayat 31. Kepada golongan "domba", yaitu orang-orang yang dikenan-Nya, Sang Raja itu mengundang mereka untuk ikut menerima berkat-berkat Kerajaan Allah. "Hai, kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku", ungkapan ini merujuk betapa posisi golongan yang disebut "domba" ini menerima berkat Kerajaan yang sudah dipersiapkan.
- 25:35 Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan;25:36 ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku.
Jelas di sini, Sang Raja telah menimbang hal-hal yang diperbuat para "domba." Bagaimana perilaku mereka terhadap orang-orang yang kurang beruntung di hadapannya. Sang Raja itu menyatakan segala perbuatan golongan domba bagi orang-orang miskin, lapar, sakit, kesusahan adalah seperti melakukan kebaikan bagi Sang Raja itu.
"Ketika Aku lapar... haus... seorang asing... telanjang... sakit... di dalam penjara" sangat jelas bahwa Tuhan Yesus menghendaki orang yang melayani-Nya dengan cara melayani orang-orang yang miskin atau yang menderita, yang membutuhkan pertolongan.
- 25:37 Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum?25:38 Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian?25:39 Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau?
Dalam hal ini, jelas bahwa Tuhan Yesus menyamakan diri-Nya dengan orang-orang yang menderita:
- 25:40 Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.
Sang Raja menyebut bahwa orang-orang yang malang yang perlu ditolong, sebagai saudara-Nya. Pengertiannya adalah: "Kalian yang melakukan perbuatan baik kepada orang-orang lain yang membutuhkan bahkan kepada yang paling hina, dianggap-Nya sebagai perbuatan kepada Sang Raja itu.
- 25:41 Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya.
Paradoks terjadi pada golongan orang-orang yang ada di sebelah kiri-Nya, yaitu golongan kambing. Ia berkata: "Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya.." Kata "terkutuk" ini diucapkan dengan maksud mendatangkan celaka atau hal buruk. Dan tempat celaka itu adalah "api yang kekal" suatu ungkapan metaforis bagi "neraka", yang sedianya untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya, kini juga menjadi tempat bagi orang-orang yang tidak dikenan-Nya itu.
- 25:42 Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum;25:43 ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak melawat Aku.
Ayat di atas, sang Raja memberikan alasan mengapa mereka (golongan kambing) ini dihukum.
- 25:44 Lalu mereka pun akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau?25:45 Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku.
Sama dengan ayat 40 bahwa perbuatan bagi orang-orang yang malang, miskin dan memerlukan pertolongan adalah juga perbuatan bagi Sang Raja itu.
- 25:46 Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal."
Mereka yang tidak dikenan-Nya (golongan kambing) menerima hukuman yang kekal; sebaliknya bagi mereka (golongan domba) yang telah melakukan kehendak Allah, akan menerima kehidupan kekal.
Refleksi:
Satu-satunya pembacaan yang membahas masalah penghakiman secara luas adalah perumpamaan domba dan kambing dalam Matius 25:31-46. Anak Manusia akan duduk di takhta kemuliaan-Nya untuk menghakimi semua bangsa. Dasar hukuman itu adalah cara semua bangsa memperlakukan "saudara" Yesus Kristus (Matius 25:40). Ini bukan eskatologis didaktis, tetapi satu perumpamaan dramatis. Satu penafsiran yang terkenal ialah bahwa orang akan diselamatkan oleh perbuatan-perbuatan baik. Mereka yang oleh belas kasihan manusiawi, memberi makan bagi yang lapar, memberi pakaian bagi yang telanjang, mengunjungi yang sakit dan yang menderita.
Yang disebut "saudara" oleh sang Raja iu adalah semua orang yang dalam kebutuhan. Orang-orang yang di dalam kasih, melayani kebutuhan orang-orang yang menderita, adalah menyatakan kasih Kristus, yang walaupun mereka belum pernah mendengar tentang Kristus, mereka akan mewarisi hidup kekal pada hari penghakiman sebagai pahala atas perbuatan-perbuatan mereka yang baik. Tanda terhadap arti perumpamaan itu adalah "saudara" Yesus Kristus, dan kita telah memiliki bukti yang jelas mengenai artinya. Tuhan Yesus sendiri mengatakan bahwa saudara-Nya adalah mereka yang melakukan kehendak Bapa, yaitu murid-murid Yesus (Matius 12:50).
Tuhan Yesus menggunakan satu perumpamaan tentang pemisahan domba dan kambing ini adalah untuk mengatakan kepada murid-murid-Nya bahwa mereka memiliki satu misi kepada bangsa-bangsa di dunia. Nasib manusia akan ditentukan oleh cara mereka memperlakukan para utusan Tuhan Yesus, yaitu saudara-saudara-Nya. Mereka pergi sebagai pengkhotbah-pengkhotbah keliling, berpindah-pindah untuk menemukan tempat menginap dan makanan dari mereka yang bersedia menerima mereka (Matius 10:17-18). Namun mereka akan menghadapi penganiayaan dan pemenjaraan (Matius 10:17-18).
Mereka yang bersedia menerima para pengkhotbah ini dan memperlakukan mereka dengan baik, pada hakekatnya menerima Kristus. "Barangsiapa menyambut kamu, ia menyambut Aku" (Matius 10:40). Mereka yang menolak para pengkhotbah ini dan memperlakukan mereka dengan buruk, berarti menolak pemberitaan pengkhotbah itu dan dengan demikian mereka menolak Kristus. Hukuman menantikan mereka (Matius 10:14-15).
Nasib bangsa-bangsa itu akan ditentukan oleh cara mereka memberi respons terhadap para utusan Tuhan Yesus. Ini bukan satu program eskatologi tetapi satu perumpamaan praktis tentang nasip akhir manusia.
0 komentar:
Posting Komentar